HUJAN seketika turun saat aku baru saja tiba di kota Palembang. Kupercepat langkah menuju pertokoan di pinggir jalan Mayjen HM Ryacudu. Maklum perjalanan dari kota Prabumulih yang memakan waktu dua jam cukup menguras tenaga sehingga mengharuskan untuk beristirahat sejenak, sembari menunggu hujan reda.
Waktu sudah bergulir
pada menit 20 lebih, hujan belum juga reda, tampaknya hujan ini awet sebab
gelap masih setia memayungi kota pempek ini. Saat menit berjalan ke 30,
kutadahkan tangan ke arah langit, hujan sudah menipis, sepertinya aku sudah bisa melanjutkan perjalanan ke
kampung Arab Al Munawar, aku
mengeluarkan smartphone untuk memesan ojek online. kata kawan cara paling
gampang ke kampung Al Munawar adalah dengan menggunakan ojek online.
![]() |
Gapura Selamat Datang di KBA Al Munawar bila berkunjung lewat jalur sungai musi. |
Lima menit kemudian,
ojek online yang kupesan datang.
“Hujan mas, nggak
apa-apa?”
“Iya nggak apa-apa,
sepertinya hujan ini awet.” Pengemudi ojek online itu sepertinya sepakat,
langsung kupakai helem yang ia sodorkan kepadaku.
Dari jalan Mayjen HM
Ryacudu berlanjut ke jalan KH Azhari. Sepanjang perjalanan menuju kampung Al
Munawar seperti biasa aku disajikan pemandangan kota yang ramai, penuh
rutinitas dari pedagang, kendaraan sampai pejalan kaki hilir mudik. Hujan yang
turun tadi sepertinya berhasil memasung mereka, dan kini mereka bergeliat lagi.
![]() |
Kurang dari 10 menit
aku sudah sampai di kampung Al Munawar. Aku masuk ke salah satu lorong yang
kuyakini adalah kampung Al Munawar, aku berjalan menyusuri lorong tersebut
sampai ke ujung yang menjorok ke sungai musi, sepasang mata lelaki tua
memandangiku. Ia duduk di depan mushola. Aku menghampirinya. Mengucapkan salam
dan bertanya.
“Kampung Wisata Al Munawar
dimana yah, Pak?”
“Kampung Al Munawar, di
sebelah sano. Kau balik ke depan lagi, sebelah kanan di deket madrasah.” paparnya.
“Kalau ini kampung apa
pak?”
“Di sini kampung
waspada.” jawabnya. Wah di Palembang beda lorong beda kampung yah, pikirku.
![]() |
Rumah kaca saat ini menjadi madrasah ibtidaiyah Al Kautsar |
Setelah mengucapkan
terima kasih dan pamit, aku kembali melanjutkan perjalanan keluar lorong,
kembali menyusuri jalan KH Azhari, tidak jauh dari sana barulah aku menemukan
lorong kampung Al Munawar atau yang sering dikenal dengan sebutan Kampung Arab.
Terlihat dari luar
lorong kampung ini nampaknya berbeda dengan kampung sebelumnya, lebar lorong
yang cukup luas, sehingga bisa dilewati
satu buah mobil itu terlihat bersih dan tertata. Sebelum masuk kita harus ke
pos untuk membeli karcis terlebih dahulu sebesar Rp 5.000/ perorang.
Perlu diketahui ada
hal-hal yang harus dipatuhi untuk masuk ke kampung Al Munawar ini. Salah satunya
menggunakan pakaian sopan, bagi laki-laki tidak perkenankan menggunakan celana
pendek, harus menggunakan celana panjang atau sarung, bila tidak ada sarung
tenang kok, sarung bisa dipinjam di pos tempat membeli karcis tadi. Nah bagi
yang wanita tidak dipekenankan memakai rok pendek atau baju terbuka
sederhananya sih pakaian yang santun yah. Dan satu lagi yang perlu diingat, di
kampung al munawar dilarang foto berdua/gandeng bagi yang bukan mahrom apalagi
di kawasan musholanya.
Setelah membeli karcis aku
langsung masuk ke Kampung Al Munawar, berjalan ke mushola Al Munawar yang berada
di ujung kampung di tepi sungai musi. Kebetulan saat itu sudah memasuki waktu
sholat dzuhur. Di depan mushola tampak beberapa lelaki sedang memancing di tepi
sungai musi, mungkin sembari menunggu waktu sholat dilaksakan Kampung ini
sendiri sudah lama ada di Palembang, kampung yang berjumlah 30 kepala keluarga
ini dihuni oleh orang-orang keturunan Arab. Habib Abdurrahman Al Munawar adalah
tokoh yang dihormati di kampung ini, dan salah satu penyebar agama islam di sini.
Di kampung Al Munawar
terdapat delapan rumah panggung kuno berarsitektur rumah limas, Timur Tengah
dan Eropa. Rumah-rumah tersebut memiliki
nama berbeda-beda; rumah batu, rumah darat, rumah kembar, rumah kaca yang kini
menjadi madrasah ibtidaiyah dan rumah-rumah lain yang pastinya memiliki fungsi
masing-masing. Katanya kampung ini dulu kumuh, tapi sejak detik pertama aku
menginjakan kaki ke kampung Al Munawar ini, hal itu sepertinya tidak terlihat
lagi.
Suasana kampung yang
bersih, nyaman dan tenang membuat siapapun ingin betah berlama-lama di sini. Tak
bisa dipungkiri perubahan kampung Al Munawar ini juga peran dari Astra dan warganya melalui Kampung Berseri
Astra (KBA), merupakan proram Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra yang
diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan
empat pilar program yaitu Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan dan Kesehatan.
Sedangkan kampung Al
Munawar masuk ke kategori kampung wisata yang menawarkan keseluruhan suasana
yang mencerminkan keaslian perkampungan, baik dari kehidupan sosial ekonomi,
sosial budaya, adat istiadat dan keseharian. Selain itu di sini juga terdapat galeri
UMKM Astra namun sayangnya saat aku berkunjung galeri tersebut sedang tidak
buka.
Lalu, apa saja sih yang bisa kita lakukan saat
berkunjung KBA Al Munawar ini? Bagi kawan-kawan pemburu foto atau ingin berfoto
diantara bangunan kuno, maka kampung Al Munawar ini sangat cocok, setidaknya
ada delapan bangunan panggung kuno yang sudah aku jelaskan di atas, bukan
sekedar bangunan tapi juga memiliki nilai sejarah yang panjang dan penting untuk
diketahui.
Oh yah untuk
kawan-kawan yang ingin berkunjung ke kampung Al Munawar bisa melalui jalur
darat maupun sungai. Jika ingin jalur darat kawan-kawan bisa naik dari pasar 7 ulu menggunakan angkot
tangga takat berwarna biru, lalu turun di lorong Al Munawar di 13 Ulu. Sedangkan jika
ingin mengunakan jalur sungai kawan-kawan bisa naik ketek dari BKB ke Kampung
Al Munawar. Kalau tidak mau ribet sih
naik ojek online saja.
Semenjak berbenahnya
kampung Al Munawar ini melalui program Kampung Berseri Astra, kampung Al
Munawar ini menjadi destinasi wisata religi baru dan langsung naik daun di
Palembang. Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung hal itu
juga dikarenakan saat Palembang menjadi kota penyelenggara Asian Games bersama
Jakarta pada bulan agustus lalu. Banyak pula kegiatan-kegiatan yang sudah berlangsung di sana, mulai dari Festival Kopi Kampung Al Munawar, hingga
menjadi tempat Torch Relay Asian Games 2018 kemarin.
Btw, semoga menang ya lomba astranya.