Di timur desa kami dulu terdapat
sebuah sungai kecil yang membentang hampir
melampaui separuh wilayah kecamatan, sungai itu, mungkin sebagaian orang
menganggapnya tak penting, hanya sebagai tempat saluran air saja, karena sungai
tersebut tidaklah besar. Namun, bagi kami sekeluarga sungai itu sangatlah
penting, sungai yang mampu mengantarkan aku melanjutkan jenjang pendidikan ke
tingkat SMA.
Tapi kini, sungai itu seperti tak
berwujud lagi sebagai sungai, hanya terlihat sebagai saluran air semata, sebab
dinding sisi kanan dan kiri sungai itu sudah dipasang dam cor beton. Belum lagi
hutan-hutan yang dulu rimbun di sisinya, kini sudah hilang, dalam sekejap,
sungai dan hutan tempat aku menghabiskan separuh hari setelah pulang sekolah
kini sudah hilang. Saat ini dihulu sungai, sudah rapat oleh perumahan, hutan-hutan
yang dulu hijau tempat burung kecicit menari-nari dan manyanyi diujung tangkai,
rumah para tupai yang piawai melompat dari satu dahan ke dahan lain, hutan
tempat ular hujau menjalar dari ranting ke ranting, kini sudah berubah menjadi lahan
terbuka siap kapling.
Lalu kenapa aku ingin sekali menceritakan
tentang sungaiku ini? Dari sungai ini aku, bisa melanjutkan sekolah. Aku
terlahir dari keluarga kurang mampu, pekerjaan bapakku hanyalah seorang buruh
serabutan yang tak menentu penghasilannya.
Jadi, pada waktu itu aku sedang
duduk di bangku kelas tiga SMP, memasuki semester kedua, bapakku belum
mendapatkan pekerjaan tetap lagi, sembari menunggu panggilan kerja sebagai kuli
bangunan, bapak berinsiatif untuk mengeruk pasir di sungai kecil itu, lumayan
kalau sudah dapat satu kubik pasir bisa dijual ke seorang pengrajin pagar
catur, atau dijual kepada siapapun yang membutuhkan pasir.
Sebagai pelajar kelas tiga SMP
semester dua, aku sadar sebentar lagi jika aku lulus, aku akan naik jenjang ke
SMA, tentu itu membutuhkan biaya yang tak sedikit, suatu ketika bapakku
berpesan, jika aku ingin tetap melanjutkan pendidikan maka aku harus
membantunya menambang pasir, sebab hanya inilah yang bisa kita lakukan untuk
sementara ini, kalau hanya menunggu panggilan kerja sebagai kuli bangunan yang
tak menentu, jelas aku tak akan bisa melanjutkan sekolah. Oh ya, kami hanyalah
penambang pasir biasa, yang pekerjaanya dilakukan dengan peralatan seadanya.
Dilema sempat menghampiri diriku,
pada saat itu aku sedang senang-senangnya bermain sepakbola. Jika setiap pulang
sekolah aku langsung menyusul untuk membantu bapak yang sedang menambang pasir
di sungai, tentu aku tidak akan bisa main bola di lapangan, itu menyiksa
banget, coba bayangkan kalau kita lagi seneng-senengya dengan satu benda, terus
karena keterpaksaan kita harus berpisah dengan benda kesukaan kita itu.
Tapi, aku segera sadar, ada hal
yang lebih penting dari sekedar bermain bola di lapangan setiap sore, ialah
membantu bapak menambang pasir agar aku bisa melanjutkan sekolah. Maka, setiap
kami menjualkan pasir, bapak selalu menyisihkan separuh hasil itu untuk aku
simpan, untuk keperluan sekolahku nanti, separuhnya lagi untuk kebutuhan
sehari-hari kami di rumah.
Ketika aku kelas tiga SMA, bapak
meninggal dunia, seperti ada awan gelap yang mengelayuti masa depanku pada
waktu itu, entah mau dibawa kemana masa depan hidup ini, singkat ceritanya aku
lulus SMA. Setelah itu, aku baru sadar dan merasakan manfaat apa yang diajarkan
oleh bapakku dulu, baik secara langsung maupun tidak langsung, aku baru sadar
manfaat kenapa ia sering sekali mengajakku dalam setiap pekerjaannya, sekecil
apapun itu, walaupun hanya memanjat pohon kelapa, bapak yang naik, aku nungguin
dibawah, mengumpulkan buah-buah kelapa yang berjatuhan, aku seperti tidak
terkejut lagi untuk menapaki kehidupan setelah SMA.
Secara tidak langsung bapak sudah
mengajarkan aku, bahwa ini loh kehidupan sesungguhnya itu, kamu harus kuat, kamu kerja keras untuk
mendapatkan apa yang kamu impikan, kita tidak boleh berpangku tangan dalam
menapaki keadaan. Jika mentok di satu jalan, mari kita cari jalan yang lain.
Prabumulih, 21 September 2019
FLP Sumatera Selatan
#flpsumsel
#WAGflpsumselmenulis
#lampauibatasmu
14 Komentar
-
Dewi Rieka 26 September 2019 16.19 Terharu bacanya, Bapak sudah menempa anaknya untuk kerja keras ya, biar kelak bisa mandiri.. -
Finaira Kara 27 September 2019 00.29 Karena kehidupan butuh perjuangan, benar memang kalau kita sudah berhenti di pintu yang menutup, padahal kalau kita mau usaha nengok sedikit, ada pintu lain yang bisa dilewati. -
Umi Laila Sari 27 September 2019 20.08 Anak lanang harus tangguh. -
Dyah 27 September 2019 22.52 Iya betul, prestasi hanya dapat diraih dengan usaha. Terus berjuang ya. -
Ilham Sadli 29 September 2019 07.13 masyaAllah, aku dari SD sudah diajarkan untuk gembala bang sampe SMP, lalu ternak ayam sendiri. Alhamdulillah biaya sekolah SD sampai SMA selalu beasiswa -
Fadli Hafizulhaq 29 September 2019 19.05 Kata orang hasil tidak akan mengkhianati usaha. Orang yang telah terbiasa berjuang akan punya daya tahan yang besar atas semua tantangan dalam kehidupan. Semoga sukses ke depannya, Mas -
Syilviya Romandika 29 September 2019 19.16 Bapak adalah sosok inspiratif untuk anak-anaknya. Bapak Kak Fahry adalah Bapak yang sukses, mampu mewariskan kekuatan terbaik untuk kehidupan anaknya. -
astina ria 29 September 2019 21.56 semangat Mas... masa lalu itu akan menentukan langkah kita ke depan. nggak ada yang sia-sia dalam hidup ini, yang ada hanyalah kita yang menyia-nyiakannya.. -
iluvtari 30 September 2019 01.02 dulu aku senang jadi anak bungsu, gak dapet kerjaan di rumah. sehari2 makan, sekolah, main. pas gede baru terasa, aku gak bisa apa2. sumpah, ini beneran nyesek! -
Ali Muakhir 30 September 2019 01.23 Sosok Bapak emang luar biasa ya, Mas. Mas Fahry masih beruntung bisa sama Bapak sampai SMA, saya cuma sampai kelas 2 SD Mas, tapi ... kenangannya sampai sekarang tak pernah lekang dimakan waktu. Semoga Bapak mendapat tempat yang layak ya Mas -
tia marty 30 September 2019 22.10 Beruntung punya bapak yang mengajarkan kebaikan, saat ini banyak anak-anak yang kehilangan sosok bapak, padahal ia ada. -
kokonata 1 Oktober 2019 05.27 Bisa dikembangkan lagi untuk jadi novel ini... -
Endah Asmowidjoyo 1 Oktober 2019 17.02 Setiap anak selalu punya kisah tentang Sang Bapak. Dan seorang bapak selalu meninggalkan kesan di hati tiap anak. Al fatihah untuk Bapak